Tentang David Ricardo
1. RICARDO
LAHIR DARI KELUARGA YAHUDI
DAVID RICARDO adalah
anak ketiga dari setidaknya 17 atau 23 bersaudara (Sraffa 1995 :24). Nama
ayahnya sangat berbau yahudi, Abraham Israel Ricardo. Abraham Ricardo adalah
penganut yahudi sephardic dari keturunan Spanyol-Portugal yang menetap di
belanda setelah diusir oleh Spanyol pada akhir abad ke-15. Ayahnya adalah
pialang yang sukses dan berusaha membangun sebuah dinasti keluarga. Dia pindah
ke London pada 1760. David lahir di London 12 tahun kemudian, yakni pada tahun
1772, dari keluarga Yahudi kaya. Pendidikannya disiapkan untuk membuat dirinya
mengikuti jejak ayahnya dalam dunia perdagangan dan keuangan Pada usia 14
tahun, setelah belajar disekolah yahudi Amsterdam, david dipekerjakan oleh
ayahnya di London stock exchange. Ia diakui sebgai negosiator yang sangat ahli
dan mahir dalam operasi-operasi sulit dan rahasia seperti arbitrage atau jual
beli mata uang.
Disimak dari sejarah
hidupnya, Ricardo tidak memiliki latar belakang pendidikan ekonomi yang cukup.
Namun, pekerjaanya dalam bidang pasar modal sudah digelutinya sejak berusia 14
tahun membuatnya paham tentang dunia ekonomi. James Mill, bapak John Stuart
Mill adalah yang berjasa mendorong Ricardo untuk menulis tentang
masalah-masalah ekonomi. Permintaan tersebut dikabulkan. Lagi pula,
keberuntungan berbisnis dalam pasar modal memungkinkannya untuk pensiun pada
umur empat puluh dua tahun dan memulai kariernya sebagi ekonom.
Dengan latar belakang
pekerjaan di pasar modal, tidak mengherankan buku-buku yang pertama seperti The
High of Bullion (1810) dan A Proof of the Deppreciation of the Bank Notes
(1811) banyak membanhas tentang keuangan dan perbankan. Tahun 1815 ia
menerbitkan essay on the influence of the Low Price of the Profit of Stock,
yang pada 1817 judulnya diubah menjadi The Principle of Political Economy and
Taxation. Buku ini ternyata mendominasi teori-teori ekonomi klasik tidak kurang
setengah abad lainnya.
Ricardo sependapat
dengan Smith bahwa labor memegang peranan penting dalam perekonomian. Ide yang
berasal dari Smith ini kemudian dikembangkan menjadi teori harga-harga relative
(theory of relative prices) berdasarkan biaya produksi, yaitu baiay labor
menjadi unsure utama, disamping biaya-biaya capital. Kapital mendapat perhatian
yang cukup besar dalam analisis Ricardo sebab capital tidak hanya mampu
meningkatkan produktivitas labor. Tetapi juga berperan dalam mempercepat proses
produksi sehingga hasil produksi dapat dengan cepat dinikmati atau dikonsumsi.
Perbedaan antar Smith dan Ricardo hanya dalam penekanan: Smith lebih menekankan
masalah kemakmuran bangsa dan pertumbuhan, sedangkan Ricardo lebih
memperhatikan masalah pemerataan pendapatan antara berbagai golongan dalam
masyarakat.(Deliarnov 2007: 51-52)
1. 6. RICARDO
MENIKAH DAN LANGSUNG KEHILANGAN WARISAN
AKAN tetapi, segalanya
berubah pada 1793 ketika pada usia 21 tahun David menikahi seorang pengikut
Quaker dan beralih ke agama Kristen. ( dia kelak menjadi Unitarian, dan
sebagian besar saudaranya akhirnya mengikuti jejak David dan meninggalkan
komunitas yahudi). Ibunya sangat terpukul sehingga dia memaksa Abraham untuk
mengusir David dari rumah dan mencabut hak warisnya. Tetapi, sang ayah akhirnya
berdamai dengannya. Bagaimanapun juga,David terpaksa pergi dengan berbekal
ratus pound. Karena tidak punya uang sama sekali, dan karena harus menghidupi
keluarganya, Ricardo terpaksa meminjam uang dan memulai menjalankan perusahaan
perantara perdangagan miliknya sendiri. Walaupun tahun-tahun pertama cukup
sulit, tetapi ia segera berhasil dan mandiri pada usia 26 tahun. Hal ini
membuat ia mempunyai banyak waktu luang untuk meneruskan kesenangannya dalam
bidang intelektual dan ilmu pengetahuan, diantaranya membangun sebuah
laboratorium, mulai mengumpulkan mineral dan bergabung dengan masyarakat Geologi
inggris. Dengan mengandalkan pengalamannya saat bekerja pada ayahnya dan
koneksinya di stock exchange mcoffe house di jalan threadneedle, Ricardo
berhasil mengumpulkan banyak kekayaan melalui kegiatan perdagangan saham dan
kontraktor peminjaman pemerintah.
Ricardo mendapatkan
salinan dari The Wealth Of Nations pada tahun 1779 saat berlibur dengan
istrinya. Menurut sebuah kisah, setelah membaca karya Smith ia memutuskan
meluangkan waktunya untuk mempelajari ilmu ekonomi. Ricardo juga bergabung
dengan sebuah kelompok ahli ilmu ekonomi. Kelompok ini termasuk diantaranya
adalah james mill (Ayah John Stuart Mill), Bentham dan Malthus.
Meskipun tubuhnya
proporsional, namun tubuhnya kecil dan kurus. Suaranya sangat keras, dan
berguna baginya saat berpidato di house of common. Menjelang akhir hayatnya dia
mengeluh karena kehilangan pendengaran di salah satu telinganya dan giginya
tanggal.
1. 7. PENSIUN,
POLITIK, DAN KEMATIAN
PADA 1814, di usianya
yang ke-42, ricardo menjadi tuan tanah desa, membeli tanah perkebunan yang
sangat luas yang bernama Gatcomb Park di Glouscestershire (sekarang dimiliki
oleh putri ann). Ricardo yang menyukai matematika, kimia, geologi, dan
mineralogy sering mengadakan pertemuan intelektual di Gatcomb. Kelak dia aktif
di Geological Society Of London. Minatnya terhadap ilmu ekonomi dimulai sejak
1799, ketika dia tinggal di Bath saat dia mulai membaca Wealth Of Nation (1776)
Adam Smith.
Setelah dia mendapat
keuntungan pada pertengahan 1810-an, dia kehilangan minat pada bursa saham dan
mulai menulis secara teratur tentang persoalan-persoalan ekonomi. Pada 1817 dia
mempublikasikan magnum opusnya, On The Principle Of Political Economy Band
Taxation, dan pada 1819 dia membeli kursi di parlemen.
Pada 1823, diusianya
yang ke-51, dia meninggal mendadak karena infeksi telinga. Dia meninggalkan
seorang istri dan tujuh anak. Tanahnya dibagi secara tidak merata kepada tiga
putranya, dan dia mewariskan sejumlah kekayaan kepada kawannya, Malthus dan
kepada James Mill, ayah dari John Stuart Mill.
Pada tahun 1819
Ricardo membeli kursi di Majelis Rendah Inggris. Kursi ini mewakili wilayah
orang irlandia di Portalington, sebuah daerah yang tidak pernah dikunjungi oleh
Ricardo. Sebenarnya pada saat itu orang kaya yang membeli kursi di Parlemen
bukan merupakan hal yang aneh, seperti yang bisa diduga, Ricardo segera menjadi
ahli yang diakui dalam parlemen didalam persoalan keuangan, dan ia sering
berbicara isu-isu ekonomi penting seperti mata uang dan perbankan, tariff,
system pajak dan depresi pertanian. (Steven Presman 2002: 52)
1. 8. SUMBANGAN
POSITIF RICARDO
RICARDO : SANG MONETARIS (Teori Uang)
PERTAMA, sebagai
mentor awal dari aliran mata uang, Ricardo mendukung kebijakan monetar
anti-inflasi yang ketat. Latar belakang teori uang adalah pada periode 1809-10,
Inggris mengalami inflasi besar karena biaya perang dan bank of England
mencabut standar emas. Ricardo menciptakan kontroversi dengan menulis studi
ekonomi pertamanya, the High Price Of Bullion (1811), dimana dia mengatakan
bahwa inflasi negerinya diakibatkan karena Bank Of England menerbitkan bank
note berlebihan. Ricardo percaya pada teori kuantitas uang yang ketat, yang
juga dianut oleh David Hume, yang menyatakan bahwa tingkat harga umum terkait
erat dengan perubahan jumlah uang beredar dan kredit.
Untuk memulihkan
situasi keuangan Di inggris, Ricardo menganjurkan pembukaan pembayaran oleh
Bank Of England. Solusinya dinyatakan sebagai berikut :”pemecahan yang saya
tawarkan untuk menanggulangi persoalan dalam keuangan kita adalah bank harus pelan-pelan
menurunkan jumlah uang yang beredar sampai sebanding dengan logam (mulia) yang
direpresentasikannya, atau dengan kata lain, sampai harga emas dan perak turun
sampai senilai uangnya”(Ricardo 1876 :287 ). Ricardo mengakui kemungkinan
munculnya “konsekuensi paling buruk perdagangan dan komersial Negara” sebagai
akibat dari tindakan deflasioner ini, tetapi dia mengatakan bahwa ini adalah
satu-satunya cara untuk memulihkan keuangan agar mencapai nilai yang tepat dan
wajar.”menurut Ricardo, hal ini tidak akan banyak menganggu jika kebijakan
tersebut dilaksanakan secara bertahap ringkasnya, Ricardo memilih standar nilai
tukar emas, yang bertujuan agar harga emas sama nilainya dengan uang kertas
(banknote). Bank sentral tidak boleh memiliki kekuasaan bebas menetukan sendiri
kebijakannya :”pihak yang mengeluarkan uang kertas harus mengatur
pengeluarannya itu berdasarkan harga emas, dan bukan berdasarkan kuantitas uang
kertas yang beredar”(1876:403).
Setelah Ricardo
meninggal, sekelompok banker (pihak yang diuntungkan oleh teori uang)
berpengaruh yang dikenal sebagai Currency School berjuang untuk mempertahankan
nilai Pound Inggris. Mereka mendukung pembukaan standar mata uang, dengan emas
dan perak sebagai standar. Mereka menentang manajemen diskresioner (discretionary)
atas mata uang oleh bank sentral dan menganjurkan prinsip yang menyatakan bahwa
semua pengeluaran uang dimasa depan harus ditambah atau dikurangi berdasarkan
cadangan emas. Pada 1844, dibawah pengaruh David Ricardo, parlemen mengesahkan Peel’s Bank Charter Act (keabsahan teori) untuk memperkuat prinsip mata
uang ini. Sayangnya, Peel Act gagal menjaga sistem keuangan yang sehat di
inggris, sebab undang-undang ini tidak mengatur substitusi uang, khususnya
rekening yang tersimpan dalam sistem perbankan. Teori uang Ricardo saat ini
tidak sudah tidak relevan seperti yang sudah disebutkan tadi Peel’s Bank
Charter Act mengalami kegagalan dan sekarang pada kenyataannya standar uang
yang banyak digunakan oleh Negara-negara yang ada di dunia ini adalah standar
uang dolar Amerika Serikat.
1. 9. HUKUM
PENDAPATAN YANG MENURUN (Hukum pertumbuhan Ekonomi)
Di tangan david
Ricardo (1772-1823) teori pertumbuhan klasik mengalami pengembangan lebih
lanjut. Pengembangan ini berupa penjabaran model pertumbuhan menjadi suatu
model yang lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal
mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Namun perlu ditekankan disini
bahwa garis besar dari proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum
yang ditarik oleh ricardo tidak terlalu berbeda dengan teori adam smith. Tema
dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan tersebut penduduk
dan laju pertumbuhan output. Kesimpulan umumnya juga masih tetap bahwa dalam
perpacuan tersebut penduduklah yang akhirnya menang, dan dalam jangka panjan
perekonomian akan mencapai posisi stationer . seperti juga dengan adam smith,
Ricardo mengangap bahwa jumlah factor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber
alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya bertindak factor sebagai mfaktor
pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat.
Perbedaan terutama
terletak pada penggunaan alat analisa mengenai distribusi pendapatan
(berdasarkan teori Ricardo mengenai sewa tanah yang terkenal itu) dalam
penjabaran mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas
dari sector pertanian diantara sector-sektor lain dalam proses
pertumbuhan.
PROSES
PERTUMBUHAN
Proses pertumbuhan
yang dibayangkan oleh Ricardo ditandai oleh cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tanah terbatas jumlahnya.
2. Tenaga kerja (penduduk ) yang meningkat (atau
menurun) sesuai dengan apakah tingkat upah diatas atau dibawah tingkat upah
minimal [yang oleh Ricardo disebut tingkat upah alamiah (natural wage)].
3. Akumulasi capital terjadi apabila tingkat
keuntungan yang diperoleh pemilik capital berada diatas tingkat keuntungan
minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan investasi.
4. Dari waktu ke waktu terjadi kemajuan
teknologi.
5. Sector pertanian dominan.
Dengan terbatasnya
tanah, maka pertumbuhan penduduk ( tenaga kerja ) akan menghasilkan produk
marginal (marginal product) yang semakin menurun. Ini tidak lain adalah hokum
produk marginal yang makin menurun atau lebih terkenal dengan nama the law of
diminishing return. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut
bisa menerima tingkat upah diatas tingkat upah “alamiah”, maka penduduk (tenaga
kerja) akan terus bertambah, dan ini akan menurunkan lagi produk marginal
tenaga kerja, dan selanjutnya menekan kebawah tingkat upah. Proses ini akan
berhenti apabila tingkat upah pada tingkat upah alamiah. Apabila, misalnya,
timgkat upah ternyata turun dibawah tingkat upah alamiah, maka jumlah penduduk
(tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah akan naik kembali pada tingkat upah
alamiah. Pada posisi ini jumlah enduduk konstan. Jadi dari segi factor produksi
tanah dan factor produksi tenaga kerja, ada stu kekuatan dinamis yang selalu
menarik perekonomian kearah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the law of
diminishing return.
Ricardo mengatakan
bahwa akumulasi dan kemajuan teknologi cenderung meningkatkan produktivitas
tenaga kerja. Artinya bisa mempelambat bekerjanya the law of
diminishing return sehingga memperlambat pula penurunan tingkat hidup
kearah tingkat hidup minimal. Tetapi antara akumulasi capital; dan teknologi itu
sendiri terdapat perbedaan peranan. Ricardo mengatakan bahwa akumulasi
capital memang bisa memperlambat penurunan produktivitas tenaga kerja.
Apabila sipekerja diberi perlengkapan alat-alat yang lebih banyak ,
produktivitas meningkat. Tetapi ini ada batasnya . menrut dia, akumulasi
capital hanya akan dilakukan orang apabila capital menerima imbalan
(keuntungan) yang cukup. Tetapi factor produksi capital inipun, apabila
diterapkan pada pekerja yang menggarap sebidang tanah (sumber alam ) tertentu,
akan mengalami pula penurunan produktivitas marginalnya. Dengan lain
perkataan, akumulasi capital itu sendiri akan terkena oleh bekerjanya the law
of diminishing return. Akibatnya penduduk marginal dari capital terus menurun
dengan adanya proses akumulasi capital tersebut. Ini selanjutnya berakibat
menurunnya imbalan (keuntungan) yang diterima oleh para penanam modal. Proses
akumulasi capital ini akan berhenti apabila tingkat keuntungan diperoleh
penanam modal turun sampai pada tingkat keuntungan minimal yang diperlukan
untuk mendorong mereka melakukan investasi. Dan apabika akumulasi capital
berhenti , maka produktivitas tenaga kerja (dus, tingkat upah) juga tidak akan
bisa dipertahankan pada tingkat yang tinggi (diatas tingkat upah alamiah ).
Kita lihat disini bahwa pada akhirnya the law of diminishing return menang,
meskipun ada akumulasi capital.
Satu-satunya harapan
untuk “menarik keatas” perekonomian kita adalah adanya kemungkinan kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
produktivitas capital. Jadi dengan adanya kemajuan teknologi, bekerjanya the
law of diminishing return bisa diperlambat, dan kemerosotan tingkat upah dan
tingkat keuntungan kearah tingkat minimumnya diperlambat.
Inilah inti dari
proses pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo. Proses ini tidak lain
adalah proses tarik-menarik antara kedua kekuatan dinamis, yaitu antara :
1. The law of diminishing return, dan
2. Kemajuan teknologi
Ricardo emnyimpulkan
bahwa akhirnya the law of diminishing return lah yang akan menang. Akhirnya
keterbatasan factor produksitanah (yang bisa ditafsirkan sebagai keterbatasan
“sumber-sumber alam”) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu
Negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber-sumber alamnya.
Apabila
potensi-potensi sumber ala mini telah dieksploitasi secar penuh maka
perekonomian berhenti tumbuh. Masyarakt mencapai posisi stationernya, dengan
cirri-ciri bahw :
1. Tingkat output (GDP) konstan (berhenti
berkembang )
2. Jumlah penduduk konstan (berhenti bertambah)
3. (1) dan (2) bersama-sama berarti pendapatan
perkapita yang konstan
4. Tingkat upah pada tingkat upah “alamiah”
(minimal)
5. Tingkat keuntungan pada tingkat yang minimal
6. Akumulasi capital berhenti (stok capital
konstan)
7. Tingkat sewa tanah yang maksimal
The law of diminishing
return berbunyi : “ apabila salah satu input tetap, sedang input-input lain
ditambah penggunaanya (variable) maka tambahan out put yang dihasilkan dari
setiap unit tambahan input variable tersebut mula-mula menarik, akan tetapi
kemudian seterusnya menurun, apabila input variable tersebut terus ditambah”)
(Boediono 1999:20-21)
Tambahan output yang
dihasilkan dari setiap unit tambahan input variable tersebut tidak lain
adalah produk marginal (marginal product) dari input variable tersebut. Oleh
sebab itu the law of diminishing marginal product. Dalam perekonomian Ricardo,
input yang tetap adalah tanah, dan input variabelnya adalah tenaga kerja dan
capital. Produk marginal dari tenaga kerja dan capital. Produk marginal dari tenaga
kerja dan dari capital akan menurun dengan semakin banyaknya kedua input
variable ini digunakan (pada sebidang tanah yang tetap). Apabila pada suatu
periode, tingkat upah masih diatas tingkat upah alamiah, tetapi tingkat
keuntungan sudah pada tingkat keuntungan minimal, maka yang terjadi adalah :
1. Pertumbuhan penduduk terus berlangsung,
tetapi
2. Akumulasi capital berhenti.
Apabila kemajuan
teknologi cukup cepat, maka akibat dari the law of diminishing return bisa
dihambat atau bahkan dinetralisir. Jadi menurut pandangan Ricardo, proses
pertumbuhan merupakan perpacuan antara the law of diminishing return yang
“menarik kebawah “ perekonomian tersebut.
Menurut Ricardo, pada
akhirnya perpacuan tersebut akan dimenangkan oleh the law of diminishing
return, meskipun selama proses perpacuan tersebut berbagai hal yang menarik
bisa terjadi kadang kala kemajuan teknologi Nampak lebih unggul, kadang kala
sebaliknya. The law of diminishing return adalah pengejawantahan dari fakta
terbatasnya “tanah” (sumber-sumber alam) yang tersedia, sedangkan kemajuan
teknologi adalah anak dari kreativitas manusia. Jadi, perpacuan tersebut adalah
antara keterbatasan sumber alam dan kreativitas manusia. Ricardo, dan ekonom
klasik lainnya, tidaklah menganggap enteng kreatifitas manusia. Semasa hidup
mereka, berbagai kemajuan teknologi mereka telah saksikan.tetapi pada waktu itu
sector pertanian masih merupakan sector yang paling dominan dinegara-negara
mereka. Jadi meskipun mereka melihat berbagai kemajuan teknologi yang pesat
disektor industry, pengangkutan dan sebagainya., mereka tidak bisa membayangkan
bmanusia bisa melepaskan diri dari keghiatan ekonominya dari factor produksi
tanah yang terbatas jumlahnya itu. Bahkan Ricardo sendiri Nampaknya belum bisa
seratus persen melepaskan diri dari pengaruh kaum fisiokrat, sehingga ia
berpendapat bahwa apa yang terjadi dan akan terjadi disektor-sektor lain
tergantung pada apa yang terjadi di sector pertanian. Dan yang terjadi disektor
pertanian Nampak tetap di dominasi oleh the law of diminishing return.
Penurunan produktivitas marginal disektor pertanian berarti makin mahalnya
biaya produksi setiap tambahan bahan makanan yang dihasilkan. Makin mahalnya
harga bahan makanan ini akhirnya akan bertindak sebagai rem bagi pertumbuhan
disektor-sektor lain. Dalam artian inilah Ricardo mengatakan bahwa apa yang
terjadi disektor lain tergantung pada apa yang terjadi disektor pertanian.
KEDUA, Ricardo
(bersama Malthus) mengembangkan hukum pendapatan yang menurun atau berkurang.
Ricardo mengembangkan hukum ini pada 1815 dalam bukunya yang berjudul Essay On The Influence Of Law
Price Of Corn On The Profits Of Stock. Pendekatan yang dipakai nya
merupakan benih bagi teorisasi abstrak yang dipakai dalam Principles yang terbit pada 1817. Tesis utama
Ricardo adalah kelangkaan tanah akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Dalam mengembangkan
“model jagung”ini, Ricardo menggunakan sejumlah asumsi sederhana. Pertama, dia
mengasumsikan satu pertanian besar memproduksi jagung (corn). (di inggris,
istilah “corn” berarti pula gandum dan hasil pertanian lainnya). Kedua, dia
mengasumsikan upah tetap riil yang konstan (setelah inflasi) berada pada level
subsiten, berdasarkan “{hokum besi upah” yang dianut oleh Malthus dan Ricardo.
Ketiga, dia mengasumsikan capital tetap, satu sekop per pekerja untuk
memproduksi hasil jagung.
Oleh karena itu, dalam
model jagung Ricardo ini, semua input (tanah, tenaga kerja, dan capital atau
modal )dikaitkan dengan harga jagung. Saat tenaga kerja bertambah, diperlukan
pula tambahan tanah untuk mendapatkan tambahan hasil-sebab tanah yang sudah
dipakai berkurang kesuburannya atau produktivitasnya. Bahkan jika ditambahkan
lagi tenaga kerja dan modal untuk kuantitas tanah yang sama, akan tetap sama
atau tidak bertambah. Akibatnya adalah output bersih akan menurun, dan
pertumbuhan ekonomi merosot.
Dalam karya utamanya,
On The Principles Of Political Economy And Taxation (1817), Ricardo mengganti
“model jagung” satu sector yang sederhana ini dengan model tiga sector, tetapi
argument dan hasilnya sama : menurunnya pendapatan per acre.
Untuk menunda atau
membalikkan hasil yang buruk ini, Ricardo mengecam corn law, yakni restriksi
dan tariff yang dikenakan pada produk pertanian di Inggris. Dengan mengimpor
lebih banyak jagung [atau hasilpertanian lainnya] dan menurunkan harga, para
petani dapat menurunkan upah, menikmati keuntungan yang lebih banyak, memicu
lebih banyak investasi, dank arena itu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi. Konsekuensinya, Ricardo menjadi pendukung perdagangan bebas dan
penentang Corn Law.
1. 10. RICARDO
MENGURAIKAN HUKUM YANG AKAN MEREVOLUSIONERKAN PERDAGANGAN DUNIA (Teori
Keuntungan Komparatif)
KETIGA, Ricardo
mengemukakan salah satu hukum terbesar dalam ilmu ekonomi, keuntungan
komparatif , yang menjadi pukulan telak bagi proteksionisme.
Seperti telah
dikemukakan diatas, Ricardo mendukung perdagangan bebas semasa perdebatan corn
law pada 1813-1815, tetapi kontribusinya yang terpenting untuk perdagangan
bebas muncul beberapa tahun kemudian ketika dia mengembangkan hukum keuntungan
komparatif di babVII dari Principles (1817).
Hukum ini menyatakan
bahwa “Perdagangan Bebas Akan Menguntungkan Kedua Belah Pihak, Dan Yang
Paling Mengejutkan Adalah Perdagangan Bebas Akan Membuat Satu Negara Melakukan
Spesialisasi Meskipun Suatu Negara Memiliki Keuntungan Absolute Dalam Produk
Tertentu”.
Teori Ricardo lain
yang paling terkenal dan sering dianggap sebagai andalan utama system
perdagangan bebas adalah teori keuntungan berbanding (comparative advantage).
Berdasarkan teori ini, menurut Ricardo, setiap kelompok masyarakat atau Negara
sebaiknya menghkhususkan diri menghasilkan produk-produk yang dihasilkan lebih
efisien. Selanjutnya, kelebihan produksi atas kebutuhan dapat diperdagangkan.
Hasilnya dapat digunakan untuk membeli barang-barang lain yang tidak dibutuhkan
lebih banyak. Ini jauh lebih banyak dibandingkan jika barang-barang tersebut
harus dihasilkan sendiri.Dengan teori keuntungan berbanding itu, tidak
diragukan lagi, Ricardo dianggap sebagai arsitek utama perdagangan bebas. Berkat
pengaruh Ricardo, timbul gerakananticorn law antara tahun 1820 hingga 1850,
suatu gerakan yang
menentang diaturnya tata niaga jagung di Inggris. Gerakan ini dipimpin oleh
Cobden dan Bright serta didukung oleh Ricardo dari pihak akademis. Mengapa sampai
ada gerakan yang menantang diaturnya tata niaga jagung tersebut? Hal ini
didasarkan kepada kepercayaan pakar-pakar ekonomi klasik yang menyatakan bahwa
pengaturan taat niaga ini akan lebih banyak mendatangkan kemelaratan daripada
keuntungan. Pengaruh ajaran Ricardo sampai ke Jerman. Mereka yang percaya bahwa
perdagangan harus dibebaskan tanpa campur tangan dari pihak manapun, baik dari
pemerintah maupun swasta, mendirikan suatu aliran pandangan ekonomi tersendiri
yang dikenal dengan aliran Manchester (Manchester School) karena pertama kali
didirikan di kota Manchester. Jika dikaitkan dengan keadaan Indonesia,
pernyataan Ricardo diatas benar adanya. Misalnya dalam tata niaga cengkeh dan
jeruk. Aturan tersebut hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja, tetapi
para petani cengkeh dan jeruk sendiri justru mnjadi pihak yang tertekan.
Sayangnya, berbagai pandangan dari pakar-pakar ekonomi bahwa tata niaga cengkeh
dan jeruk ini tidak akan menguntungkan petani tidak pernah didengar. (Deliarnov
2007:54)
Ahli ekonomi mengingat
Ricardo terutama karena teori keunggulan komparatifnya. Teori ini memberikan
justifikasi yang benar-benar digunakan oleh setiap ekonom untuk mendukung
perdangan bebas. Tetapi Ricardo juga memberikan sumbangan ilmu ekonomi yang
abadi. Ia menjelaskan bagaimana pendapatan nasional didistribusikan diantara
upah, laba, dan sewa. Bagaimana distribusi pendapatan berubah dari masa ke
masa, dan apa konsekuensi dari perubahan distribusi pendapatan bagi Inggris. Ia
juga mengembangkan teori nilai kerja. Dalam the Wealth of Nations, Adam Smith
berpendapat bahwa suatu Negara akan mengeskpor barang ke Negara ini lebih
efisien dalam memproduksi barang tersebut. Smith menyebutnya sebgai “keunggulan
absolit”. Menurut pandangan ini, jika jepang memproduksi mobil, computer,
maknan dan pakaian dengan lebih efisien draipada Amerika Serikat., maka Jepang
akan mengekspor semua barang-barang tersebut ke Amerika. Amerika akan mengalami
deficit perdagangan dengan Jepang karena memberikan uang kepada Jepang untuk
membayra barang-barang Jepang tersebut.Menurut Ricardo, tidak ada masalah
apabila suatu Negara kurang efisisen dalam memproduksi semua barang. Ia
berpendapat perdagangan tergantung pada keunggulan komparatif, ataun efisiensi
relatif, ketimbang pada keunggulan absolute. Ricardo kemudian menunjukkan bahwa
Negara akan cenderung menjual barang-barang yang relative lebih efisien dalam
produksinya, atau yang relative kurang inefisien dalam produksinya. Melalui
spesialisasi, maka setiap Negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan
luar negeri.Sebuah contoh yang sederhana akan membantu menjelaskan teori ini.
Anggap saja Jepang dan Amerika Serikat masing-masing memproduksi dua barang
mobil dan beras. Di Amerika, seorang pekerja dapat memproduksi sebuah mobil
atau satu ton beras dalam satu tahun tertentu. Di Jepang, seorang petani bisa
memproduksi dua ton beras setahun, dan seorang pekerja pabrik dapat memproduksi
tiga mobil dalam satu tahun. Untuk kedua barang tersebut pekerja Jepang jelas
lebih produktif dibandingkan pekerja Amerika. Namun, pekerja Jepang relative
lebih efisien dalam produksi mobil dan pekerja Amerika kurang inefisien dalam
produksi beras. Pekerja Jepang tiga kali lebih efisien dalam industri mobil
sedangkan inefisiensi pekerja Amerika hanya setengah dari efisiensi pekerja
Jepang dalam menghasilkan beras. Yang didemonstrasikan Ricardo adalah bahwa
Jepang dan Amerka sama-sama akan mendapatkan untung dari spesialisasi
dalam apa yang relatif lebih baik dalam produksi dan kemudian mereka akan
saling berdagang. Argumen selanjutnya adalah sebagai berikut. Anggap saja
Amerika mempunyai 200 pekerja dan Jepang 100 perkerja dan para pekerja di kedua
Negara itu dibagi dalam jumlah yang sama dimana sebagian memproduksi mobil
sebagian lagi memproduksi beras. Dengan demikian Amerika akan menghasilkan 100
mobil dan 100 ton beras setahun, sedangkan Jepang menhasilkan 150 mobil dan 100
ton beras setahun. Kombinasi output dari kedua Negara adalah 250 buah mobil dan
200 ton beras.Sekarang perhatikan apa yang akan terjadi jika Jepang melakukan
spesialisasi dalam produksi mobil sedangkan Amerika melakukan spesialisasi
dalam produksi beras. Di Jepang 100 pkekerja akan menghasilkan 300 mobil, di
Amerika 200 pekerja akan menghasilkan 200 ton beras. Dengan spesialisasi output
mobil dunia naik 50 buah.Pertanyaan penting lainnya yang harus dijawab adalah
siapa yang akan mendapatkan output ekstra ini. Ricardo mencatat bahwa hal ini
tergantung pada nilai pertukaran antara dua barang tersebut. Jika Jepang
menukar mobil 100 dengan 100 ton beras Amerika, Jepang kini mempunyai 200 mobil
(angka produksi 300 dikurangi 100 yang diperdagangkan dengan Amerika) dan 100
ton beras (200 yang diproduksi didalam negeri dikurangi 100 yang ditukar dengan
mobil). Disini semua keuntungan dari spesialisasi akan jatuh ke pihak Jepang.
Di pihak yang lain, jika Jepang menukar 150 mobil dengan 100 ton beras Amerika,
semua keuntungan dari spesialisasi (50mobil) akan jatuh ke tangan
Amerika.Didalam batas-batas ini (1 ton beras ditukar 1 mobil dan 1 ton beras ditukar
dengan 1.5 mobil) kedua Negara akan mendapatkan keuntungan dari pertukaran ini.
Lebih jauh lagi, karena kedua Negara dapat memperoleh keuntungan dari
spesialisasi ekonomi dan perdagangan hanya terjadi jika nilai tukar berada
dalam batas-batas ini, maka kedua Negara ini mempunyai dorongan yang kuat untuk
menjaga agar nilai tukar antar mobil dan beras tetap berada didalam kisaran ini
(atau nilai tukar antara dolar dan Amerika yen Jepang akan menempatkan
perdagangan dalam batas-batas tersebut). Sayangnya Ricardo tidak menjelaskan
dimanakah nilai tukar actual akan berada dalam batas-batas tersebut, atau
bagaimana keuntungan dari perdaganagn ini secara actual akan terbagi untuk
masing-masing Negara. Tugas ini belakangan ini akan diambil alih oleh John Stuart
Mill. (Steven Presman 2002:52-54)
Perdagangan
Internasional adalah perdagangan yang dilakukan lintas negara. Negara
memproduksi sebagian kebutuhannya sendiri dan mengekspor kelebihannya, kemudian
mengimpor apa yang tidak diproduksinya. Kita mungkin bertanya-tanya, kenapa
negara melakukan perdagangan internasional, bukannya menikmati semua hasil
produksinya sendiri? Jika negara yang memiliki sumber daya yang sangat lengkap,
bukankah akan lebih baik ia memproduksi semuanya untuk digunakan sendiri,
sehingga ia tidak perlu mengekspor dan mengimpor?
Alasan negara
melakukan perdagangan internasional didasari oleh teori Keuntungan Komparatif
(comparative advantage), yang akan dijelaskan leih lanjutr di bagian bawah.
Namun secara sederhana, adanya perdagangan akan menciptakan spesialisasi, yaitu
setiap negara dapat menspesialisasikan pada barang dan jasa tertentu.
Spesialisasi akan meningkatkan produktivitas, yang dalam jangka panjang akan
meningkatkan standar hidup semua negara yang terlibat didalamnya. Perdagangan
internasional merupakan jalan untuk menuju kemakmuran negara-negara.
Perdagangan
Internasional Vs. Perdagangan Domestik
Ada tiga perbedaan
utama antara perdagangan internasional dengan perdagangan domestik :
1. Peluang/horizon perdagangan yang lebih luas.
Negara-negara bisa menjual barang/jasanya ke negara lain dan bisa membeli
barang/jasa dari negara lain. Bayangkan jika tidak ada perdagangan, orang
Indonesia tidak akan memiliki mobil, orang Amerika tidak dapat makan pisang,
seluruh dunia tidak dapat menikmati film hollywood, dls.
2. Adanya kedaulatan bangsa. Pada perdagangan
internasional, bangsa-bangsa dapat mengatur aliran barang/jasa, tenaga kerja,
dan keuangan. Negara-negara menunjukkan kedaulatannya disini. Sementara di
perdagangan domestik, aliran perdagangan bebas tanpa regulasi yang berarti dari
negara.
3. Penggunaan kurs tukar. Dalam melakukan
perdagangan internasional, negara-negara menggunakan kurs tukar yang
berbeda-beda. Pengekspor software dari Amerika ingin dibayar dalam USD,
sedangkan pengekspor beras dari Thailand ingin dibayar dengan Bath Thailand.
Pengimpor (pembeli) biasanya harus membayar barang impor dengan mata uang
negara pengekspor (penjual). Ini berbeda dengan perdagangan domestik yang hanya
menggunakan satu kurs tukar. Perdagangan internasional juga membutuhkan sistem
keuangan internasional yang dapat memastikan kelancaran aliran mata uang ini.
Sumber-sumber
Perdagangan Internasional
Ada beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya perdagangan internasional :
1. Keragaman/diversitas sumber daya alam. Ini
berhubungan erat dengan factor endowment, yaitu apa yang telah dimiliki secara
alamiah oleh sebuah negara. Negara-negara misalnya dapat kaya akan minyak,
hasil laut, memiliki hutan yang luas, dikelilingi oleh laut, dls. Ini merupakan
contoh factor endowment yang dimiliki negara-negara. Negara kemudian
memanfaatkan dengan menspesialisasikan pada factor endowment yang dimilikinya.
Misalnya, negara yang kaya minyak dan bahan tambang lainnya dapat
menspesialisasikan pada produksi minyak dan hasil tambang untuk kemudian di
ekspor dan ditukar (mengimpor) dengan apa yang tidak diproduksinya, negara yang
dikelilingi lautan dapat menjadikannya sebagai pusat pelabuhan dan transit bagi
kapal-kapal perdagangan dunia, dls.
2. Perbedaan selera (preferensi). Misalnya
negara A mampu memproduksi daging sapi dalam nilai yang sama dengan negara B
menghasilkan ikan, namun penduduk negara A lebih senang mengkonsumsi ikan dan
penduduk negara B lebih senang mengkonsumsi daging sapi. Ini mendorong
terjadinya perdagangan internasional antar kedua negara.
3. Perbedaan biaya. Ini berkaitan erat dengan
biaya produksi. Jika negara-negara melakukan spesialisasi, maka skala ekonomis
akan tercapai dan biaya produksi per unit akan semakin murah. Produksi
barang/jasa tertentu cenderung difokuskan pada negara tertentu, yang memiliki
spesialisasi untuk barang/jasa tersebut. Misalnya saja, produksi software
cenderung dilakukan di Amerika, produksi fashion kelas dunia di Perancis (kalau
yang ini mungkin bukan karena biaya produksi, tapi keunggulan lokasi yang
memberi “brand dan kualitas’ tertentu bagi hasil produksi), produksi sparepart
mobil banyak dilakukan di Brazil, dan masih banyak contoh lainnya. Selain itu,
perbedaan biaya tentunya juga ditentukan oleh harga bahan baku, tenaga kerja,
biaya transportasi, dan lainnya.
Teori
Keuntungan Komparatif
Teori keuntungan
komparatif ini dikembangkan oleh David Ricardo, yang menyatakan bahwa setiap
negara akan memperoleh keuntungan jika ia menspesialisasikan pada produksi dan
ekspor yang dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih murah, dan
mengimpor apa yang dapat diprosuksinya pada biaya yang relatif lebih mahal.
Agar terlihat
sederhana, diasumsikan ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan dua output (pizza
dan pakaian). Keduanya memiliki sumber daya masing-masing 120 jam tenaga kerja
(TK) untuk memproduksi pizza dan pakaian. Namun Amerika mampu memproduksi i
unit pizza dengan 1 jam TK dan 1 unit pakaian dengan 2 jam TK. Sedangkan Eropa
membutuhkan 3 jam TK untuk memproduksi 1 unit pizza dan 4 jam TK untuk pakaian.
Sekedar keterangan,
Amerika mampu memproduksi keduanya dengan jam TK (input) yang lebih sedikit
daripada Eropa. Menurut Teori Keuntungan Absolut (Absolute Advantage), Amerika
seharusnya memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak demikian menurut teori
keuntungan komparatif. Kita lihat perbandingannya dibawah dengan menggunakan
teori keuntungan komparatif :
Sebelum
melakukan perdagangan, produksi di kedua negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK.
Upah riil bagi TK di Amerika adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di
Eropa, upah riil TK hanya 1/3 pizza atau 1/4 pakaian. Artinya upah di Eropa
lebih rendah dibandingkan di Amerika dan TK di Eropa memiliki daya beli yang
relatif lebih kecil. Ini tentunya juga menimbulkan perbedaan biaya produksi,
dan jika pasar adalah persaingan sempurna, harga pizza dan pakaian akan berbeda
di kedua negara.
Sementara itu, mari
kita lihat berapa total output yang mampu diproduksi kedua negara tanpa
melakukan perdagangan. Jika diasumsikan dari total 120 jam TK (input) yang
tersedia di tiap negara separuhnya dialokasikan untuk produksi pizza dan
separuhnya lagi dialokasikan untuk produksi pakaian, maka total produksi kedua
negara adalah sebagai berikut :
Dengan input 120 jam
TK yang dimiliki masing-masing negara, jika dialokasikan separuh-separuh,
Amerika mampu memproduksi 60 pizza (60 jam TK / 1) dan 30 pakaian (60 jam TK /
2). Sedangkan Eropa mampu memproduksi 20 pizza (60 jam TK / 3) dan 15 pakaian
(60 jam TK / 4). Dengan demikian, total produksi yang dihasilkan kedua negara
adalah 125 unit, yang terdiri dari pizza dan pakaian.
Menurut teori
keuntungan komparatif, Amerika seharusnya hanya memproduksi pizza dan Eropa
memproduksi pakaian. Ini karena produksi pakaian relatif lebih mahal bagi Amerika,
dengan rasio harga produksi 2 dibandingkan dengan 4/3 yang mampu diproduksi
Eropa (lihat gambar 1). Sedangkan pizza relatif lebih mahal bagi Eropa karena
rasio harga produksinya adalah 3/4 dibandingkan dengan 1/2 yang mampu
diproduksi Amerika (lihat gambar 1). jadi, perbandingan dalam teori ini adalah
berdasarkan harga relatif di kedua negara, bukan hanya di satu negara.
Sebenarnya, jika tidak
ada regulasi larangan ekspor-impor, perdagangan antar ekduanya akan tercipta
secara alamiah. Jika keduanya terus memproduksi pizza dan pakaian sendiri
(tidak melakukan perdagangan), maka akan terjadi perbedaan harga yang akan
mendorong arbitrasi. Dengan asumsi biaya transpotasi tidak ada atau relatif
sangat kecil, Amerika kemudian akan mengekspor pizza ke Eropa dan Eropa akan
mengekspor pakaian ke Amerika. Karena biaya produksi yang lebih murah, harga
pizza Amerika yang diekspor juga akan lebih murah dan ini mendorong harga pizza
di Eropa turun. JIka harga pizza di eropa terlalu rendah bagi produsen Eropa,
mereka akan menutup produksinya karena tidak menguntungkan lagi. Akhirnya
mereka akan beralih ke produksi yang lebih menguntungkan, yaitu pakaian.
Sedangkan kebutuhan pizza di Eropa akan dipenuhi dengan impor. Hal yang sama
juga terjadi terhadap pakaian di Amerika. Pada akhirnya, perbedaan harga akan
membuat Amerika hanya memproduksi Pizza dan Eropa hanya memproduksi pakaian.
Setelah
melakukan perdagangan, total output kedua negara adalah sebagai berikut :
Pada gambar diatas,
Amerika menggunakan semua inputnya (120 jam TK) untuk memproduksi pizza saja,
sehingga menghasilkan 120 pizza (120 jam TK / 1). Sedangkan Eropa menggunakan
semua inputnya untuk memproduksi pakaian saja, sehingga menghasilkan 30 pakaian
(120 jam TK / 4). Ternyata total output kedua negara meningkat dengan melakukan
spesialisasi produksi ini, yaitu menjadi 150 unit.
Ilustrasi diatas
menjelaskan mengapa negara-negara perlu melakukan perdagangan internasional dan
bagaimana negara yang terlibat saling memperoleh keuntungan.
Pengaruh meningkatnya
globalisasi dan perdagangan internasional merupakan subyek yang hingga kini
selalu diwarnai perdebatan dalam ilmu ekonomi. Di satu sisi, terdapat madzhab
klasik dengan teori Ricardian keunggulan komparatif – yang merupakan teori
ekonomi paling dikenal luas dan salah satu building blocks ilmu ekonomi, yang
memprediksikan perdagangan internasional akan memperbaiki kondisi ketimpangan.
Di sisi lain, observasi langsung secara umum dan bukti-bukti empirik di
beberapa negara justru menunjukan kondisisebaliknya.
Di Amerika Serikat,
sebagai contoh, mayoritas pakar beranggapan bahwa perdagangan internasional
bertanggung jawab terhadap 20 persen pengurangan pendapatan golongan
berpenghasilan rendah – relatif terhadap golongan berpendapatan tinggi (Rodrik,
1997). Sementara dari sampel 125 negara, termasuk diantaranya negara maju dan
berkembang, Lundberg dan Squire (1999) menemukan hubungan negatif perdagangan
internasional dan pertumbuhan pendapatan dari 40% penduduk termiskin.
Begitu pula halnya dengan Indonesia. Terlepas dari meningkatnya volume ekspor Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Belum terdapat bukti-bukti kuat yang menunjukan bahwa perdagangan internasional mampu memperbaiki kondisi ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Walau terdapat banyak indikasi adanya perbaikan kondisi ketimpangan dalam beberapa dekade terakhir. Seperti yang ditunjukan oleh perbaikan indeks Gini, dari 0.40 pada tahun 1971 menjadi 0.31 pada tahun 1999. Hal ini lebih disebabkan oleh transfer pendapatan dari Pemerintah, dalam bentuk Inpres dan Banpres, ketimbang peningkatan produktifitas dan efisiensi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah (Ikhsan-Modjo, 2000).
Begitu pula halnya dengan Indonesia. Terlepas dari meningkatnya volume ekspor Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Belum terdapat bukti-bukti kuat yang menunjukan bahwa perdagangan internasional mampu memperbaiki kondisi ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Walau terdapat banyak indikasi adanya perbaikan kondisi ketimpangan dalam beberapa dekade terakhir. Seperti yang ditunjukan oleh perbaikan indeks Gini, dari 0.40 pada tahun 1971 menjadi 0.31 pada tahun 1999. Hal ini lebih disebabkan oleh transfer pendapatan dari Pemerintah, dalam bentuk Inpres dan Banpres, ketimbang peningkatan produktifitas dan efisiensi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah (Ikhsan-Modjo, 2000).
Tidak mengherankan
bila banyak pihak, termasuk para ekonom, yang bersikap skeptis terhadapkeabsahan
teori kunggulan komparatif. Terutama dalam kegunaannya memprediksi
dampak dari hubungan ekonomi antar negara terhadap distribusipendapatan.
Menyadari kelemahan
ini, banyak ekonom yang kemudian muncul dengan gagasan baru untuk merevisi
teori kunggulan komparatif, terutama dalam pengaplikasiannya kedalam analisis
distribusi pendapatan. Salah satunya adalah Eric Maskin, guru besar Princeton
University dan Michael Kremer, ekonom dari Harvard University.
Model dari Maskin, pada dasarnya, berangkat dari kerangka mazhab ekonomi klasik tentang persaingan sempurna sebagaimana halnya model keunggulan komparatif dari David Ricardo. Perbedaannya, bila dalam teori keunggulan komparatif konvensional hanya diandaikan terdapat dua tingkat ketrampilan pekerja dalam suatu negara: pekerja berketrampilan tinggi dan pekerja berketrampilan rendah. Maka dalam model yang dikembangkan Maskin, terdapat bermacam-macam, lebih dari dua, tingkat ketrampilan pekerja. Tentu saja asumsi ini lebih merefleksikan kondisi ekonomi riil di berbagai negara, yang semakin kompleks, dengan berbagai macam tingkat ketrampilan pekerja.
Hasil yang didapatkan dari model Maskin, perluasan perdagangan internasional menyebabkan peningkatan pendapatan pekerja berketrampilan di atas rata-rata dan memperburuk pendapatan pekerja bertrampilan di bawah rata-rata. Atau dengan kata lain, sebagaimana telah dikonfirmasi oleh banyak pengamatan empirik, perdagangan internasional memperburuk kondisi ketimpangan di suatu negara.
Kelemahan teori klasik Comparative Advantage (Hamdy Hady 2004:38) adalah sebagai berikut:
Model dari Maskin, pada dasarnya, berangkat dari kerangka mazhab ekonomi klasik tentang persaingan sempurna sebagaimana halnya model keunggulan komparatif dari David Ricardo. Perbedaannya, bila dalam teori keunggulan komparatif konvensional hanya diandaikan terdapat dua tingkat ketrampilan pekerja dalam suatu negara: pekerja berketrampilan tinggi dan pekerja berketrampilan rendah. Maka dalam model yang dikembangkan Maskin, terdapat bermacam-macam, lebih dari dua, tingkat ketrampilan pekerja. Tentu saja asumsi ini lebih merefleksikan kondisi ekonomi riil di berbagai negara, yang semakin kompleks, dengan berbagai macam tingkat ketrampilan pekerja.
Hasil yang didapatkan dari model Maskin, perluasan perdagangan internasional menyebabkan peningkatan pendapatan pekerja berketrampilan di atas rata-rata dan memperburuk pendapatan pekerja bertrampilan di bawah rata-rata. Atau dengan kata lain, sebagaimana telah dikonfirmasi oleh banyak pengamatan empirik, perdagangan internasional memperburuk kondisi ketimpangan di suatu negara.
Kelemahan teori klasik Comparative Advantage (Hamdy Hady 2004:38) adalah sebagai berikut:
1. Teori klasik Comparative Advantagemenjelaskan
bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan fungsi
factor produksi (tenaga kerja). Perbedaan produktivitas ataupun perbedaan
efisiensi harga barang yang sejenis diantara kedua Negara.
2. Jika fungsi factor produksi (tenaga kerja)
sama atau produktivitas dan efisiensi di dua Negara sama, maka tentu tidak akan
terjadi perdaganagan internasional karena harga barang yang sejenis akan
menjadi sama di kedua Negara
3. Pada kenyataanya, walaupun fungsi factor
produksi (produktivitas dan efisiensi) sama diatara dua Negara, ternyata harga
barang yang sejenis dapat berbeda, sehingga dapat terjadi perdagangan
internasional. Dalam hal ini teori klasik tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi
perbedaan harga untuk barang/produk sejenis walaupun fungsi factor produksi
(produktivitas dan efisiensi) sama dikedua Negara.
4. Untuk itu teori modern dari Heckscher-Ohlin
atau teori H-O menjelaskan bahwa walaupun fungsi factor produksi (tenaga kerja)
dikedua Negara sama, perdagangan internasional akan tetap dapat terjadi. Ini
disebabkan karena adanya perbedaan jumlah/ proporsi factor produksi yang
dimiliki oleh masing-masing Negara, sehingga terjadilah perbedaan harga barang
yang akan dihasilkan. Teori modern H-O ini dikenal sebagai “The proportional
factor theory”.
1. 11. DOKTRIN
YANG RUMIT
DOKTRINNYA yang
terkenal ini muncul setelah melalui diskusi panjang dengan kawannya sesama
ekonom, James Mill, ayah dari John Stuart Mill dan Robert Torrens sebagai
pencipta hukum ini (Rothbard 1995:96-98). (sejarahwan selalu mempelajari
anteseden yang menemukan prinsip yang terkenal. Bagaimanapun juga mungkin tidak
ada yang baru dimuka bumi ini. Meskipun demikian Ricardo-lah yang memopulerkan
konsep ini).
1. 12. RICARDO
MENGGUNAKAN CONTOH TERKENAL UNTUK MEMBUKTIKAN PENDAPATNYA
RICARDO
mengilustrasikan hukum keuntungan komparatif dengan contoh terkenal produk
pakaian Inggris dan anggur Portugal (Ricardo 1951:133-42). Sekali lagi untuk
menunjukkan poin ini, dia menggunakan contoh yang sangat sederhana. Misalkan
untuk memproduksi satu pakaian inggris memerlukan 50 pekerja sedangkan Portugal
25 pekerja. Dilain pihak, untuk produk anggur Portugal membutuhkan jumlah yang
sama, yakni 25, sedangkan Inggris membutuhkan 200 (kita sedikit mengubah angka
Ricardo untuk memudahkan pemahaman-lihat de vivo 1987:194).
Tabel berikut ini meringkaskan situasi dua Negara :
Jumlah pekerja per unit
Inggris
|
Portugal
|
|
1 unit pakaian
|
50
|
25
|
1 unit anggur
|
200
|
25
|
Seperti terlihat di tabel, Portugal memiliki keuntungan absolute dalam produksi
kedua barang. Oleh karena itu, Portugal akan memproduksi pakaian dan anggur,
dan mengekspornya ke inggris. Pengamat yang tidak teliti mungkin menyimpulkan
bahwa, dalam kondisi seperti itu, tampaknya Portugal tidak akan mendapat
keuntungan jika hanya berspesialisasi pada satu produk dan melakukan
perdagangan dengan Inggris dan Portugal mempunyai keuntungan absolute pada
produk pakaian dan anggur. Tetapi Ricardo dengan cerdas menunjukkan bahwa spesialisasi
dan perdagangan adalah menguntungkan.
Begini argumennya :
“misalkan Portugal mengambil 25 pekerja dari produksi pakaian dan
mempekerjakannya pada produksi anggur. Hasilnya akan menaikkan satu unit anggur
dan menurunkan satu unit pakaian di Portugal. Jika pada saat yang sama Inggris
mengambil 100 pekerja dari industry anggur dan mempekerjakannya untuk membuat
pakaian, maka Inggris akan menambah dua unit pakaian dan kehilangan setengah
unit anggur”.
Jika kita menjumlahkan
total output kedua negara setelah spesialisasi ini dilakukan, kita akan sampai
pada kesimpulan yang mengherankan : akan ada tambahan satu unit pakaian dan
satu setengah unit anggur yang diproduksi dalam agregat sebagai hasil dari
perdagangan!
Ricardo membuat temuan
yang luar biasa : perdagangan antar kedua Negara akan menaikkan output total,
bahkan ketika satu Negara memiliki keuntungan alamiah diatas Negara lainnya.
Lebih jauh, hukum
keuntungan komparatif Ricardo dapat diaplikasikan dalam satu negara, bukan
hanya antarnegara. Seorang dokter mempunyai keuntungan absolute dalam hal
pengobatan dan kerja secretariat, tetapi dokter harus melakukan spesialisasi
dalam pengobatan dan menyewa sekretaris jika dia ingin memaksimalkan
pendapatanya. Hukum keuntungan komparatif bekerja pada setiap perdagangan dan
produksi.
Argument klasik untuk
mendukung perdagangan bebas, yang dipimpin Adam Smith, David Ricardo, dan
lainnya, telah dikemukakan sedemikian kuatnya sehingga hambatan perdagangan
perlahan-lahan berkurang sejak 1830-an (lihat update 1). James Wilson, seorang
pendukung perdagangan bebas, sangat terkesan dengan argument Smith dan Ricardo
sehingga pada 1843 dia memublikasikanThe Economist, sebuah majalah mingguan yang
diabdikan untuk “perdagangan bebas dan pasar bebas”.Wilson bahkan mengatakan,
“kami betul-betul percaya bahwa perdangan bebas, hubungan seksual bebas, akan
lebih berguna ketimbang cara lainnya dalam mengembangkan peradaban dan
moralitas diseluruh dunia-ya, untuk menghilangkan perbudakan itu sendiri”
(Edwards 1993:21). Dengan bantuan menetunya, Walter Bagehot, dan
penulis-penulis seperti Herbert Spencer, The
Economist pelan-pelan
menjadi majalah yang sangat berpengaruh didalam politik internasional serta
ekonomi dan keuangan internasional. Sekarang pelanggannya telah mencapai lebih
dari satu setengah juta orang.
Beberapa tahun
kemudian- pada 1846-Corn Laws dicabut dan Inggris segara menjadi kekuatan
industri baru dengan mengimpor bahan pangan dan mengekspor barang-barang
manufaktur. Seluruh dunia kemudian ikut melakukan pengurangan hambatan
perdagangan mereka.
1. 13. “BOOK
OF HEADACHES”RICARDO
KEEMPAT,”model jagung”
yang dangkal menimbulkan kemacetan dalam perekonomian.
Ricardo adalah sosok
yang penuh paradox, seorang ekonom yang berpengaruh baik sekaligus buruk
terhadap dunia : baik dalam topangan teoritisnya untuk uang yang sehat dan
perdagangan bebas, dan buruk dalam model makro kepentingan kelas yang saling
bertentangan.
Pendekatan Ricardo
sangat berbeda dengan pendekatan Adam Smith. Wealth Of Nation Smith penuh
dengan contoh yang hidup dan jelas, sedangkan Principles Ricardo bersifat
abstrak dan membosankan, penuh deduksi ala Euclidian, tanpa studi kasus
historis. Para mahasiswa kerap menyebutnya “Ricardo’s Book Of
Headaches”(St.Clair 1965 xiii).
Smith mengembangkan
ilmu ekonomi yang kuat dengan fokus pada “tangan gaib” yang menciptakan
kemakmuran dan pada bagaimana modal kerja yang dipadukan dengan tenaga kerja
dan tanah akan menciptakan lebih banyak kekayaan bagi keuntungan semua orang.
Peran tuan tanah, buruh, dan kapitalis dalam menciptakan nilai hanya menempati
tempat pinggiran dalam buku smith, tetapi ulasannya bersifat kritis. Tema
utamanya adalah pertumbuhan, bukan distribusi pendapatan.
Dilain pihak, buku
Ricardo lebih memfokuskan pada hal-hal yang bukan menjadi titik perhatian
smith. Buku Ricardo menjadi sebuah buku “yang penuh antagonism dan
pertentangan”(Chamberlain 1965:75).
1. 14. RICARDO
BERFOKUS PADA DISTRIBUSI, BUKAN PERTUMBUHAN
DALAM, sebuah suratnya
kepada Malthus, Ricardo menjelaskan,”ekonomi politik menurutmu adalah
penelitian tentang sifat dan penyebab kekayaan [pandangan adam smith] ; tetapi
kupikir sebaiknya ia dinamakan penelitian tentang hukum-hukum yang menentukan
pembagian produk industry diantara kelas-kelas yang menyetujui dalam
rumusannya” (Rothbard 1995 : 82).
1. 15. HUKUM
UPAH BESI DAN PENURUNAN PROFIT MENURUT RICARDO (Teori upah alami)
Teori upah alami
(natural Wages), Ricardo menjelaskan bahwa nilai tukar suatu barang ditentukan
oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Ongkos
itu berupa biaya untuk bahan mentah dan upah buruh yang besarnya hanya cukup
untuk dapat bertahan hidup (subsisten) bagi buruh yang bersangkutan. Upah buruh
yang besarnya hanya cukup untuk sekedar dapat bertahan hidup ini disebut upah
alami (natural wage). Menurut Ricardo, kalAu harga yang ditetapkan lebih besar
dari biaya-biaya (termasuk upah alami), dalam jangka pendek perusahaan akan
menikmati laba ekonomi. Adanya laba ini akan menarik perusahaan-perusahaan
lainnya masuk pasar. Masuknya perusahaan-perusahaan baru berarti produksi akan
meningkat, dan sebagai akibatnya akan terjadi kelebihan produksi (over supply)
di pasar. Kelebihan penawaran barang akan mendorong harga-harga turun kembali
pada keseimbangan semula. Karena biaya-biaya bahan mentah relative konstan,
Ricardo menyimpulkan bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah tingkat
upah alami, yang besarnya hanya cukup agar para buruh dapat bertahan hidup saja
(hidup secara subsisten). Menurut Ricardo, besarnya tingkat upah alami ini
ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan setempat (custom). Biasanya tingkat upah
alami ini naik proporsional dengan standar hidup masyarakat. Akan tetapi, teori
yang semula dimaksudkan untuk menjelaskan tentang nilai tukar suatu barang atau
komoditas ini akan diterangkan kemudian oleh kaum sosialis dicap sebagai teori
upah besi (iron law of wages). Teori ini akan mengikat kaum buruh pada suatu
lingkaran setan yang tidak mungkin dilepaskan.(Deliarnov 2007:53)
SISTEM Ricardo
berakibat tragis bagi semua orang kecuali pemilik tanah. Buruh dalam sistem
Ricardo adalah unit-unit yang seperti mesin dan hanya mendapatkan upah
subsisten dalam jangka panjang. Jika upah naik, pekerja akan punya lebih banyak
anak, yang pada gilirannya akan menaikkan pasokan (supply) tenaga kerja, dan memaksa
upah turun kembali. Jadi, “hukum besi upah” Ricardo menghadirkan gambaran
tragis bagi pekerja atau buruh.
Pandangannya tentang
profit juga tak lebih baik. Kapitalis tak dilihat sebagai pandangan hidup yang
memiliki “ kecenderungan untuk berusaha, melakukan barter dan perdagangan”
tetapi sebagai segerombolan orang yang menjemukan dan seragam yang secara
mekanis menyimpan dan mengumpulkan capital. Profit hanya dapat meningkat dengan
menurunkan upah, dan Vice
Versa. Dalam sistem Ricardo, tidak ada ruang untuk upah tinggi dan profit
tinggi pada saat bersamaan. Dalam Principles, Ricardo menyebut hubungan yang
berkebalikan antara upah dan profit ini sebagai “teorema distribusi
fundamental”. Dia berkali-kali mengatakan,”jika upah naik, maka profit akan turun”
(Ricardo 1951 vol.1:111) dan “profit tergantung kepada upah’’(1951 vol.1:143
35).
Yang lebih buruk,
dalam jangka panjang profit atau laba cenderung jatuh karena “hukum pendapatan
yang menurun”. Dibawah pandangan Ricardo yang buram ini, upah yang tinggi akan
memicu pertambahan penduduk, yang berarti lebih banyak mulut yang harus
disuapi, dan itu penggunaan tanah bertambah karenanya produktivitasnya menurun.
Harga gandum akan naik, pemilik tanah akan untung, tetapi profit pekerja
menurun karena kapitalis harus membayar pekerja lebih tinggi agar mereka tidak
kelaparan (karena naiknya harga makanan).
1. 16. SERANGAN
MEMATIKAN RICARDO TERHADAP PEMILIK TANAH (Teori Sewa/Distribusi pendapatan)
SATU-satunya pihak
yang untung dalam gambaran bauran Ricardo adalah pemilik tanah. Mereka
mendapatkan rente lebih bersih saat harga benih naik. Petani penyewa tidak
mendapat keuntungan dari harga yang tinggi itu karena mereka harus membayar
sewa yang lebih tinggi. Ricardo merpetahankan kata-kata Adam Smith : “pemilik
tanah senang memungut panen ditempat dimana mereka tak pernah menanam” (Smith
1965 [1776]:49).
Menurut sistem
fatalistic Ricardo, upah cenderung menuju ke level subsisten, dalam jangka
panjang profit menurun, dan pemilik tanah terus mengumpulkan pendapatan mereka
yang diperoleh secara tidak adil. Seperti dinyatakan oleh Oswald St. Clair,
pemilik tanah,”meski tidak menyumbangkan apapun dalam pekerjaan atau memberikan
pengorbanan, bagaimanapun juga akan terus mendapatkan tambahan bagian kekayaan
yang dihasilkan oleh komunitas”(St.Clair 1965:3)
Marx dan kaum sosialis
mengambil pandangan Ricardo yang mengecam pemilik tanah yang ongkang-ongkang
ini. Kritik Ricardo juga mendorong Henry George untuk melakukan nasionalisasi
tanah dan menganjurkan gerakan pajak tunggal
Dalam teori tentang
sewa tanah ia menjelaskan bahwa jenis tanah berbeda-beda. Ada yang subur,
kurang subur hingga tidak subur sama sekali. Produktivitas tanah yang subur
lebih tinggi. Dengan demikian, untuk menghasilkan satu-satuan unit produksi
diperlukan biaya-biaya (biaya rata-rata dan biaya-biaya marginal) yang lebih
rendah pula. Makin rendah tingkat kesuburan tanah, jelas makin tinggi pula
biaya rata-rata dan baiya marjinal untuk mengolah tanah tersebut. Makin tinggi
biaya-biaya, dengan sendirinya keuntungan perhektar tanah menjadi semakin kecil
pula. Berdasarkan penjelasan diatas, layak jika untu sewa tanah yang lebih
subur lebih tinggi dibandingkan dengan swea tanah yang kurang subur, apalagi
yang tidak subur.Teori tentang sewa tanah sebetulnya pernah dibahas oleh kaum
fisiokrat dan Adam Smith. Akan tetapi, menurut kaum fisiokrat dan Adam Smith
tingkat sewa ditentukan oleh tanah yang paling subur. Hal ini sangat bertolak
belakang denga teori Ricardo. Bagi Ricardoyang menentukan tingginya tingkat
sewa bukanlah tanah yang paling subur, melainkan tanah marjinal (marjinal
land), yaitu tanah yang paling tidak subur yang terakhir sekali masuk pasar.
Perbedaan ininsangat prinsipil bagi Ricardo. Dalam studinya tentang
factor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya sewa tanah Ricardo menggunakan
analisis yang sama sekali baru dalam pembahasan ekonomi, yaitu pendekatan
analisis marjinal (marginal analysis). Analisis marjinal ini dikemudian hari
ternyata sangat penting dalam pengembangan teori-teori ekonomi, setelah dikembangkan
oleh pakar-pakar neoklasik. (Deliarnov 2007:52-53)
Teori distribusi
pendapatan yang pertama kali. Ricardo juga mengemukakan konsekuensi praktis
dari teorinya ini.Teori distribusi Ricardo mengandung tiga elemen; teori sewa,
sebuah teori untuk menjelaskan upah dan sebauh teori Laba.
Teorinya memperlihatkan bagaimana pendapatan nasional dibagi menjadi tiga
kategori ini, dan apa yang terjadi pada sewa, upah dan laba ketika ekonomi
tumbuh. Dalam menganalisa sewa Ricardo mengikuti Malthus (1970) sebelumnya,
yaitu teori sewa diferensial. Menurut teori diferensial, sewa berasal dari
perbedaan kesuburan dari berbagai bidang tanah. Apabila tersedia persediaan
tanah yang kaya dan subur yang berlimpah, orang-orang tidak akan membayar untuk
penggunaan tanah ini dan tidak akan ada biaya sewa tanah.Tetapi biasanya ada keterbatasan
persediaan tanah yang baik. Ketika sebagian tanah yang paling subur habis
dipakai, maka bidang tanah yang paling subur yang selanjutnya harus diolah
juga. Keuntungan dari orang-orang yang mempunyai tanah yang paling subur akan
segera bertambah. Jika tanah yang paling subur menghasilkan sepuluh karung
jagung persetengah hektar dan tanah terbaik yang kedua menghasilkan delapan
karung jagung per setengah hektar, maka beberapa petani seharusnya mau membayar
sebanyak mendekati dua karung jagung untuk penggunaan tanah yang terbaik
ketimbang tanah terbaik yang kedua.Ketika tanah yang dipakai semakain lama
semakin memburuk kualitasnya, sewa diferensial akan naik. “Ketika tanah
kualitas ketiga ditanami, sewa tanah yang kedua akan segera meningkat, dan diatur
dengan perbedaan kemampuan produktif mereka. Pada saat yang sama sewa untuk
kualitas pertama akan naik” (Ricardo 1951-5, vol.1, hlm 70). Jika tanah terbaik
yang ketiga menghasilkan tujuh karung jagung per setengah hektar, sewa atas
tanah terbaik pertama akan naik sekitar tiga karung per setengah hektar,
sedangkan bidang tanah yang kedua kini meminta sewa sebesar satu karung per
setengah hektar. Upah pekerja, menurut Ricardo, tergantung pada keperluan
subsistensi yaitu kebutuhan minimum yang diperlukan pekerja agar dapat bertahan
hidup. Berbeda dengan Smith, Ricardo menginterpretasikan kebutuhan minimum ini
dalam arti yang konvensional ketimbang dalam arti fisik, kebutuhan minimum
“tergantung kepada lingkungan dan adat istiadat orang”(Ricardo 1951-5, vol.1,
hlm.97). Ketika standar umum kehidupan meningkat, upah minimum yang dapat
dibayarkan kepada pekerja juga meningkat. Pendapatan minimum yang dibutuhkan
untuk bertahan hidup di Amerika Serikat akhir abad kedua puluh tidak sama
dengan pendapatan minimum yang dibutuhkan pada abad kesembilan belas. Pipa
ledeng dalam rumah dan kamar pribadi, yang tidak lazim di abad kesembilan
belas, sangat penting pada akhir abad kedua puluh. Karena itu, tingkat upah di
akhir abad kedua puluh harus mempertimbangkan standar hidup yang lebih tinggi
yang telah menjadi hal yang biasa bagi orang-orang.Terakhir, Ricardo
berpendapat bahwa keuntungan atau laba adalah residu, atau yang disimpan oleh
kapitalis setelah membayar sewa kepada pemilik tanah. Ricardo juga berpendapat
bahwa rata-rata keuntungan akan sama dalam setiap industri karena jika satu
industri memperoleh keuntungan yang lebih tinggi, akan lebih banyak modal yang
masuk ke industry ituyang kemudian akan menurunkan harga dan keuntungan.
Demikian juga, modal akan meninggalkan industry yang memperoleh laba yang
rendah. Hal ini akan cenderung menaikkan harga dan keuntungan.Teori sewa, upah
dan laba ini membawa Ricardo sampai pada kesimpulan yang tidak menyenangkan.
Selam beberapa waktu, ketika Negara tumbuh, populasinya juga akan naik. Lebih
banyak orang berarti lebih banyak mulut yang harus diberi makan dan lebih
banyak makanan yang harus diproduksi. Konsekuensinya tanah-tanah yang kurang
subur juga harus digunakan. Ini akan menaikkan sewa atas semua lahan dan
meningkatkan sewa yang harus dibayar kepada pemilik tanah yang berkecukupan.
Ketika biaya produksi makanan meningkat (karena pembayaran sewa yang lebih
tinggi) maka harga makanan juga harus naik. Teori subsistensi upah berpendapat
bahwa harga makanan yang lebih tinggi akan mengakibatkan kenaikan upah, sebab
hanay dengan kenaiakn upah itulah para pekerja bisa membeli makanan yang
harganya lebih tinggi dan mereka dapat mempertahankan standar hidup
mereka.Dengan naiknya upah dan sewa, keuntungan dari kapitalis pasti kurang. Pemilik
tanah menerima sewa yang lebih tinggi, upah naik untuk mengimbangi naiknya
biaya makanan, sehingga keuntungan pasti menyusut drastic. Lebih jauh, saat
keuntungan merosot, motivasi untuk mengumpulkan modal lenyap. Pada titik ini
kemajuan ekonomi akan berakhir dan ekonomi akan berhenti.Ricardo akan member
beberapa saran untuk mengatasi krisis yang tampak ini. Pertama, ia mengusulkan
untuk mencabut British Corn Laws. Undang-undang ini, yang disahkan
pertamakalinya tahun 1660, tujuan awalnya adalah menjaga stabilitas harga dari
benih jagung di Inggris. Bea impor yang tinggi dan bea ekspor yang rendah
dikenakan jika persediaan dalam negeri sangat banyak. Ketika hasil panen buruk,
bea impor dicabut, sehingga makin banyak benih yang masuk ke Inggris, dan bea
ekspor dinaikkan. Pada awalnya hal ini membantu menekan harga benih agar turun
pada masa kekurangan benih. Tetapi beberapa waktu kemudian undang-undang ini
tidak berjalan sebagaimana yng diharapkan. Menjelang awal 1800-an,
undang-undang ini tidak menstabilkan harga tetapi justru membuat harga tetap
membumbung tinggi dan melindungi pendapatan pemilik tanah yang mendapat
keuntungan dari tingginya harga jagung yang tumbuh dari tanah mereka. Ricardo
memandang bahwa pencabutan Undang-undang jagung ini akan meningkatkan impor
benih jagung luar negeri. Hal ini akan menimbulkan dua efek yang bermanfaat
untuk laba. Dengan menjaga harga makanan tetap rendah, impor benih akan
menurunkan upah dan menghentikan merosotnya keuntungan. Impor benih yang lebih
besar juga berarti bahwa inggris tidak perlu banyak-banyak memproduksi benih.
Ini akan mengurangi jumlah tanah yang dipakai untuk menghasilkan makanan.
Karena tanah yang paling tidak subur tidak akan diolah, dank arena sewa adalah
diferensial, maka sewa di Inggris akan turun dan mengurangi perampasan
keuntungan.Kebijakan yang kedua yang didukung Ricardo adalah akumulasi modal
yang lebih besar. Semakin banyak peralatan modal akan meningkatkan
produktivitas tanah. Jika semua tanah sama-sama dikembangkan, tidak aka nada perubahan
dalam sewa diferensial. Dan denga upah yang ditentukan oleh kebituhan minimum
yang telah lazim, upahtidak akan dipengaruhi oleh produktivitas yang lebih
besar. Dengan demikian, keuntungan dari akumulasi kapitalakan jatuh terutama ke
laba usaha. Peningkatan dalam laba ini akan menghasilkan investasi yang lebih
besar di masa depan, memperkerjakan lebih banyak orang dan bahkan memperbesar
pertumbuhan ekonomi.(Steven Presman 2002:54-56)
1. 17. PENCARIAN
RICARDO YANG SIA-SIA TERHADAP NILAI INSTRISIK (Teori nilai kerja)
TERAKHIR, Ricardo
bertekad menemukan sebuah “ukuran nilai yang tetap”.dia tidak memfokuskan pada
emas sebagai unit nilai terdasar, tetapi pada kuantitas unit kerja (bukan
upah)sebagai numeraire. Dalam tradisi klasik, Ricardo menitikberatkan pada
teori nilai ongkos produksi, yakni bahwa harga umumnya ditentukan oleh ongkos
(supply) ketimbang utilitas (demand). Dia menyadari ada perkecualian dalam
teori biayanya ini, seperti “lukisan dan patung antic, buku dan uang langka,
anggur dengan kualitas istimewa”(Ricardo 1951 :12),dan adanya dampak dari
mesin. Tetapi mesin dan capital tak lain dari “tenaga kerja yang
diakumulasikan”(1951:410). Dia kemudian menulis,” pendapat saya bahwa, dengan
sedikit perkecualian, kuantitas kerja yang dipergunakan pada komoditas-komoditas
akan menentukan tingkat pertukarannya satu sama lain adalah tidak benar
sepenuhnya, tetapi saya mengatakan bahwa ini adalah perkiraan yang paling dekat
dengan kebenaran, sebagai pedoman untuk mengukur nilai relative”(De Vivo
1987:193).
Dia berjuang menyusun
teori nilai kerja sampai akhir hayatnya. Sekitar sebulan sebelum kematiannya
dia menulis surat kepada temannya sesama ekonom,”aku kesulitan memahami mengapa
anggur yang disimpan di gudang selama 3 atau 4 hari, atau mengapa pohon oak yang
nilainya tak lebih dari 2 sen sebelum, tetapi kemudian muncul menjadi senilai
100 pound” (De Vivo 1987 : 193).
Bahkan Robert Malthus
tidak setuju dengan temannya ini dan dia menulis,” entah itu kerja atau
komoditas tidak bisa menjadi ukuran nilai tukar yang akurat”(Ricardo 1951 :
416)
Ricardo pada akhirnya
meragukan apakah akumulasi capital bisa meningkatkan standar hidup di Inggris.
Edisi ketiga dari principles of political Economy (Ricard, 1951-5, vol.1)
diberi bab tambahan dengan judul “On Machinery”. Bab ini membahas kemungkinan
bahwa mesin-mesin baru akan mengancam pekerja karena akan menggantikan tenaga
kerja. Sebelum Ricardo, sebenarnya semua ekonom sepakat dengan Smith bahwa
mesin membantu pembagian kerja dank arena itu menyumbangkan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, dengan mengikuti Smith, sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa
pengenalan mesin tidak akan mengakibatkan perusahaan memberhentikan pekerja.
Jadi semua masyarakat akan memperoleh manfaat.
Tetapi setelah membaca
famflet karya John Barton (1817) yang berjudul Observations on the Condition of
Labouring Clases, Ricardo berubah pikiran. Dengan bantuan contoh-contoh
numerik, Barton menunjukkan bagaimana para kapitalis bisa mendapatkan lebih
banyak uang dengan cara mengurangi pekerja dan memperbanyak mesin. Berdasarkan
contoh-contoh tersebut, Ricardo berkesimpulan bahwa pekerja layak untuk
khawatir dan menentang pengenalan mesin barudengan alas an bahwa mesin itu
mungkin akan menimbulkan apa yang sekarang kita namakan “pengangguran
teknologi”.
1. 18. RESPONS
EKONOM TERHADAP MODEL RICARDO
SELAMA bertahun-tahun
para ekonom mengalami kesulitan dalam memahami “model jagung” Ricardo dan buku
Principles, khususnya tentang asumsi-asumsi yang dipakai untuk membuktikan
teorinya. Ricardo sendiri pernah mengatakan bahwa hanya ada 25 orang diseluruh
negri yang bisa memahami buku Principles (1951). Seabad kemudian, ekonomi
Chicago Frank H. Knight mengatakan,”dalam buku ini ada banyak hal yang tak bisa
[saya] ikuti” (1959:365). Schumpeter mengecam Ricardo karena membuat banyak
pelaku ekonomi menjadi “beku dan pasrah”, hanya bersandar pada “satu asumsi
yang terlalu menyederhanakan” dan mengembangkan teori yang “tidak pernah bisa
dibuktikan dan tidak masuk akal” (Schumpeter 1954 : 472-73).
Mungkin Keynes
memikirkan Ricardo ketika dia menulis,”sungguh mengherankan hal-hal bodoh yang
dipercaya seseorang jika dia terlalu lama berfikir sendirian, terutama dalam
ilmu ekonomi” (Keynes 1973 [1936]: kata pengantar).
1. 19. RINGKASAN
DAMPAK PENGARUH RICARDO
TETAPI Ricardo mampu
meyakinkan semua rekan sesamanya dalam soal teori nilai kerjanya dan doktrin
laissez faire.”Ricardo menaklukkan inggris sepenuhnya seperti inkuisisi suci
menaklukkan Spanyol,”kata Keynes (1973:32). Baru sekarang ini kita melihat
cacat dari argumennya. Dalam bab selanjutnya kita akan melihat seberapa jauh
pemikiran ricardian menyeret ilmu ekonomi ke jalan yang salah dan menjauhi
prinsip-prinsip yang dikemukakan Adam Smith.
Comments
Post a Comment