Ruang Lingkup Ekonomi Islam
Permasalahan dalam Mencapai Tujuan Ekonomi Islam
Dalam upaya mencapai falah manusia
menghadapi banyak permasalahan. Permasalahan ini sangat kompleks dan sering
kali saling terkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. Adanya berbagai
keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan yang ada pada manusia serta kemungkinan
adanya interdependensi berbagai aspek kehidupan seringkali menjadi permasalahan
besar dalam upaya mewujudkan falah. Permasalahan lain adalah kurangnya sumber
daya (resources)yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan atau
keinginan manusia dalam rangka mencapai falah. Kekurangan sumber daya inilah
yang sering disebut oleh ekonomi pada umumnya dengan istilah kelangkaan.
Kelangkaan sumber daya semacam ini
tidak hanya terjadi di daerah atau negara-negara miskin, namun di seluruh
penjuru dunia termasuk di negara-negara maju. Hal ini terjadi karena kebutuhan
manusia terus berkembang dari waktu ke waktu, sementara manusia tidak mampu
untuk selalu memenuhinya. Benarkah kelangkaan itu merupakan akar permasalahan
ekonomi sehingga menimbulkan kemiskinan, misalnya harga, defisit, pengangguran,
dan sebagainya?
Dunia dan alam semesta ini tidaklah
tercipta dengan sendirinya, namun atas kehendak Sang Pencipta Allah. Dia
menciptakan alam semesta ini untuk manusia sehingga segala kebutuhan manusia
juga telah tersedia di bumi ini. Alam semesta ini juga tercipta dengan ukuran
yang akurat dan cermat sehingga memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan
seluruh makhlukNya. Di sinilah manusia di uji untuk menggunakan segala
potensinya untuk menggali dan mengelola alam semesta ini agar falah tercapai.
Jika demikian halnya, bagaimana kelangkaan yang ada dewasa ini dijelaskan?
Mengapa muncul kelangkaan bahan bakar minyak di beberapa negara? Mengapa banyak
orang memiliki utang untuk memenuhi kebutuhannya? Mengapa terjadi kekurangan
pangan di berbagai negara? Jika dicermati, semua kelangkaan di atas bukanlah terjadi
dengan sendirinya. Kelangkaan ini sebenarnya hanyalah kelangkaan relatif, yaitu
kelangkaan sumber daya yang terjadi dalam jangka pendek atau dalam area
tertentu saja. Kelangkaan relatif terjadi disebabkan oleh tiga hal pokok,
yaitu:
a. Ketidakmerataan distribusi sumber daya
Distribusi sumber daya yang tidak
merata antarindividu atau wilayah merupakan salah satu penyebab kelangkaan
relatif. Sumber daya ini meliputi sumber daya alam maupun manusia. Secara
alamiah, Allah menganugerahkan keberagaman pada ciptaan-Nya. Terdapat
daerah-daerah yang kaya akan suatu sumber daya alam, kaya akan tenaga kerja,
tetapi juga terdapat pula daerah-daerah yang miskin sumber daya. Dalam jangka
pendek, keberagaman penciptaan ini seolah menimbulkan problem kelangkaan relatif,
namun dalam jangka panjang dimungkinkan manusia untuk belajar dan melakukan
inovasi agar kebutuhannya terpenuhi. Sebagai misal kelangkaan bahan bakar
minyak telah melahirkan energi biogas dan energi listrik di beberapa negara. Di
sinilah manusia di uji untuk mengelola sumber daya yang dipercayakan secara
benar.
b. Keterbatasan manusia
Manusia tercipta sebagai makhluk
paling sempurna di antara makhluk lainnya, dengan dibekali nafsu , naluri,
akal dan hati. Meskipun demikian, manusia sering kali memiliki keterbatasan
dalam memanfaatkan sumber daya secara optimal. Misalnya, keterbatasan ilmu dan
teknologi yang dikuasai manusia menyebabkan mereka hanya mampu mengolah
sebagian kecil dari kekayaan alam atau mengolahnya secara tidak optimal
sehingga tidak cukup memberikan kesejahteraan.
Perangai manusia juga menyebabkan
kelangkaan relatif, misalnya keserakahan orang, sekelompok orang atau bahkan
bangsa menyebabkan mereka menguasai sebagian sumber daya, sementara sebagian
orang lain berada dalam kekurangan. Naluri manusia yang tidak pernah merasa
puas menyebabkan ia rakus sehingga uang menghabiskan sumber daya untuk
kebutuhan jangka pendek atau menghalangi orang lain untuk memanfaatkan sumber
daya tersebut. Budaya konsumsi berlebih-lebihan bisa mendorong makin cepat
habisnya sumber daya.
c. Konflik antartujuan hidup
Dimungkinkannya terjadinya konflik
antartujuan hidup seseorang, misalnya tujuan jangka pendek (kebahagiaan
duniawi) dengan jangka panjang (kebahagiaan dunia-akhirat) atau benturan
kepentingan antar individu. Adakalanya kebahagiaan akhirat hanya dapat diraih
dengan mengorbankan kesejahteraan dunia, demikian pula sebaliknya. Misalnya,
mengambil atau menggunakan harta orang lain secara tidak sah mungkin akan
meningkatkan kesejahteraan dunia namun menurunkan kesejahteraan di akhirat.
Jika hal ini dilakukan, maka dapat berakibat kelangkaan sumber daya bagi
kelompok masyarakat tertentu.
Peran ilmu ekonomi sesungguhnya adalah
mengatasi masalah kelangkaan relatif ini sehingga dapat mencapai falah, yang
diukur dengan maslahah. Kelangkaan bukanlah terjadi dengan sendirinya namun
bisa juga disebabkan oleh perilaku manusia sebagaimana diungkapkan di atas.
Oleh karena itu, ilmu ekonomi Islam mencakup tiga aspek dasar, yaitu sebagai
berikut.
a. Konsumsi, yaitu komoditas
apa yang dibutuhkan untuk mewujudkan maslahah.
Masyarakat harus memutuskan
komoditas apa yang diperlukan, dalam jumlah berapa dan kapan diperlukan
sehingga maslahah dapat terwujud. Pada dasarnya sumber daya dapat digunakan
untuk memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan manusia, jadi terdapat
pilihan-pilihan alternatif pemanfaatan sumber daya. Ilmu ekonomi berkewajiban
untuk memilih pemanfaatan sumber daya untuk berbagai komoditas yang benar-benar
dibutuhkan untuk mencapai falah.
b. Produksi, yaitu bagaimana
komoditas yang dibutuhkan itu dihasilkan agar
maslahah tercapai. Masyarakat harus memutuskan
siapakah yang akan memproduksi, bagaiamana teknologi produksi yang digunakan
dan bagaimana mengelola sumber daya sehingga maslahah dapat terwujud.
c. Distribusi, yaitu bagaimana
sumber daya dan komoditas didistribusikan di
masyarakat agar setiap individu dapat mencapai
maslahah. Masyarakat harus memutuskan siapakah yang berhak mendapatkan barang
dan jasa dengan cara bagaimana setiap masyarakat memiliki kesempatan untuk
mendapatkan maslahah. Ilmu ekonomi memiliki kewajiban untuk mendistribusikan
sumber daya dan pemanfaatannya secara adil sehingga setiap individu dapat
merasakan kesejahteraan hakiki.
Ketiga aspek konsumsi, produksi, dan distribusi
merupakan suatu kesatuan integral untuk mewujudkan maslahah kehidupan. Kegiatan
konsumsi, produksi, dan distribusi harus menuju pada satu tujuan yang sama,
yaitu mencapai maslahah yang maksimum bagi umat manusia. Konsumsi harus
berorientasi pada maslahah maksimum sehingga tetap menjaga keseimbangan
kebutuhan antarindividu dan keseimbangan antaraspek kehidupan. Produksi
dilakukan secara efisien dan adil sehingga sumber daya yang tersedia bisa
mencukupi kebutuhan seluruh umat manusia. Distribusi sumber daya dan output
harus dilakukan secara adil dan merata sehingga memungkinkan setiap individu
untuk memiliki peluang mewujudkan maslahah bagi kehidupannya. Pada akhirnya,
apabila maslahah dapat tercapai, maka kehidupan manusia yang bahagia dan
sejahtera di dunia maupun di akhirat atau falah akan tercapai.
Permasalahan dalam Mencapai Tujuan Ekonomi Islam
Diposkan
oleh M. H. Ni'am
Dalam upaya mencapai falah manusia menghadapi banyak
permasalahan. Permasalahan ini sangat kompleks dan sering kali saling terkait
antara satu faktor dengan faktor lainnya. Adanya berbagai keterbatasan,
kekurangan, dan kelemahan yang ada pada manusia serta kemungkinan adanya
interdependensi berbagai aspek kehidupan seringkali menjadi permasalahan besar
dalam upaya mewujudkan falah. Permasalahan lain adalah kurangnya sumber daya(resources)yang
tersedia dibandingkan dengan kebutuhan atau keinginan manusia dalam rangka
mencapai falah. Kekurangan sumber daya inilah yang sering disebut oleh ekonomi
pada umumnya dengan istilah kelangkaan.
Kelangkaan sumber daya semacam ini tidak hanya terjadi
di daerah atau negara-negara miskin, namun di seluruh penjuru dunia termasuk di
negara-negara maju. Hal ini terjadi karena kebutuhan manusia terus berkembang
dari waktu ke waktu, sementara manusia tidak mampu untuk selalu memenuhinya.
Benarkah kelangkaan itu merupakan akar permasalahan ekonomi sehingga
menimbulkan kemiskinan, misalnya harga, defisit, pengangguran, dan sebagainya?
Dunia dan alam semesta ini tidaklah tercipta dengan
sendirinya, namun atas kehendak Sang Pencipta Allah. Dia menciptakan alam
semesta ini untuk manusia sehingga segala kebutuhan manusia juga telah tersedia
di bumi ini. Alam semesta ini juga tercipta dengan ukuran yang akurat dan
cermat sehingga memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan seluruh makhlukNya. Di
sinilah manusia di uji untuk menggunakan segala potensinya untuk menggali dan
mengelola alam semesta ini agar falah tercapai. Jika demikian halnya, bagaimana
kelangkaan yang ada dewasa ini dijelaskan? Mengapa muncul kelangkaan bahan
bakar minyak di beberapa negara? Mengapa banyak orang memiliki utang untuk
memenuhi kebutuhannya? Mengapa terjadi kekurangan pangan di berbagai negara?
Jika dicermati, semua kelangkaan di atas bukanlah terjadi dengan sendirinya.
Kelangkaan ini sebenarnya hanyalah kelangkaan relatif, yaitu kelangkaan sumber
daya yang terjadi dalam jangka pendek atau dalam area tertentu saja. Kelangkaan
relatif terjadi disebabkan oleh tiga hal pokok, yaitu:
a. Ketidakmerataan distribusi sumber
daya
Distribusi sumber daya yang tidak merata antarindividu
atau wilayah merupakan salah satu penyebab kelangkaan relatif. Sumber daya ini
meliputi sumber daya alam
maupun manusia. Secara alamiah, Allah menganugerahkan keberagaman pada
ciptaan-Nya. Terdapat daerah-daerah yang kaya akan suatu sumber daya alam, kaya
akan tenaga kerja, tetapi juga terdapat pula daerah-daerah yang miskin sumber
daya. Dalam jangka pendek, keberagaman penciptaan ini seolah menimbulkan
problem kelangkaan relatif, namun dalam jangka panjang dimungkinkan manusia
untuk belajar dan melakukan inovasi agar kebutuhannya terpenuhi. Sebagai misal
kelangkaan bahan bakar minyak telah melahirkan energi biogas dan energi listrik
di beberapa negara. Di sinilah manusia di uji untuk mengelola sumber daya yang
dipercayakan secara benar.
b. Keterbatasan manusia
Manusia tercipta sebagai makhluk paling sempurna di
antara makhluk lainnya, dengan dibekali
nafsu , naluri, akal dan hati. Meskipun demikian, manusia sering kali memiliki
keterbatasan dalam memanfaatkan sumber daya secara optimal. Misalnya,
keterbatasan ilmu dan teknologi yang dikuasai manusia menyebabkan mereka hanya
mampu mengolah sebagian kecil dari kekayaan alam atau mengolahnya secara tidak
optimal sehingga tidak cukup memberikan kesejahteraan.
Perangai manusia juga menyebabkan kelangkaan relatif,
misalnya keserakahan orang, sekelompok orang atau bahkan bangsa menyebabkan
mereka menguasai sebagian sumber daya, sementara sebagian orang lain berada
dalam kekurangan. Naluri manusia yang tidak pernah merasa puas menyebabkan ia
rakus sehingga uang menghabiskan sumber daya untuk kebutuhan jangka pendek atau
menghalangi orang lain untuk memanfaatkan sumber daya tersebut. Budaya konsumsi
berlebih-lebihan bisa mendorong makin cepat habisnya sumber daya.
c. Konflik antartujuan hidup
Dimungkinkannya terjadinya konflik antartujuan hidup
seseorang, misalnya tujuan jangka pendek (kebahagiaan duniawi) dengan jangka
panjang (kebahagiaan dunia-akhirat) atau benturan kepentingan antar individu.
Adakalanya kebahagiaan akhirat hanya dapat diraih dengan mengorbankan
kesejahteraan dunia, demikian pula sebaliknya. Misalnya, mengambil atau
menggunakan harta orang lain secara tidak sah mungkin akan meningkatkan
kesejahteraan dunia namun menurunkan kesejahteraan di akhirat. Jika hal ini
dilakukan, maka dapat berakibat kelangkaan sumber daya bagi kelompok masyarakat
tertentu.
Peran ilmu ekonomi sesungguhnya adalah mengatasi
masalah kelangkaan relatif ini sehingga dapat mencapai falah, yang diukur
dengan maslahah. Kelangkaan bukanlah terjadi dengan sendirinya namun bisa juga
disebabkan oleh perilaku manusia sebagaimana diungkapkan di atas. Oleh karena
itu, ilmu ekonomi Islam mencakup tiga aspek dasar, yaitu sebagai berikut.
a. Konsumsi, yaitu komoditas apa yang
dibutuhkan untuk mewujudkan maslahah.
Masyarakat
harus memutuskan komoditas apa yang diperlukan, dalam jumlah berapa dan kapan
diperlukan sehingga maslahah dapat terwujud. Pada dasarnya sumber daya dapat
digunakan untuk memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan manusia, jadi
terdapat pilihan-pilihan alternatif pemanfaatan sumber daya. Ilmu ekonomi
berkewajiban untuk memilih pemanfaatan sumber daya untuk berbagai komoditas
yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai falah.
b. Produksi, yaitu bagaimana komoditas
yang dibutuhkan itu dihasilkan agar
maslahah
tercapai. Masyarakat harus memutuskan siapakah yang akan memproduksi,
bagaiamana teknologi produksi yang digunakan dan bagaimana mengelola sumber daya
sehingga maslahah dapat terwujud.
c. Distribusi, yaitu bagaimana sumber
daya dan komoditas didistribusikan di
masyarakat agar
setiap individu dapat mencapai maslahah. Masyarakat harus memutuskan siapakah
yang berhak mendapatkan barang dan jasa dengan cara bagaimana setiap masyarakat
memiliki kesempatan untuk mendapatkan maslahah. Ilmu ekonomi memiliki kewajiban
untuk mendistribusikan sumber daya dan pemanfaatannya secara adil sehingga
setiap individu dapat merasakan kesejahteraan hakiki.
Ketiga aspek konsumsi, produksi, dan
distribusi merupakan suatu kesatuan integral untuk mewujudkan maslahah
kehidupan. Kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi harus menuju pada satu
tujuan yang sama, yaitu mencapai maslahah yang maksimum bagi umat manusia.
Konsumsi harus berorientasi pada maslahah maksimum sehingga tetap menjaga
keseimbangan kebutuhan antarindividu dan keseimbangan antaraspek kehidupan.
Produksi dilakukan secara efisien dan adil sehingga sumber daya yang tersedia
bisa mencukupi kebutuhan seluruh umat manusia. Distribusi sumber daya dan
output harus dilakukan secara adil dan merata sehingga memungkinkan setiap
individu untuk memiliki peluang mewujudkan maslahah bagi kehidupannya. Pada
akhirnya, apabila maslahah dapat tercapai, maka kehidupan manusia yang bahagia
dan sejahtera di dunia maupun di akhirat atau falah akan tercapai.
Nilai-nilai sistem perekonomian Islam
1. Perekonomian masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim, akan
menjadi baik bila menggunakan kerangka kerja atau acuan norma-norma islami.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mencari harta asalkan mengikuti
rambu-rambu yaitu mencari harta yang halal, tidak menggunakan cara yang tidak
baik, judi, spekulasi, riba, serta tidak lupa untuk menunaikan zakat, infak dan
shadaqah. Inilah yang membedakan perekonomian Islam dengan ekonomi
konvensional. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk mencari
rezeki dan sangat melarang umatnya untuk mengemis.
2. Keadilan dan persaudaraan menyeluruh
Islam bermaksud membentuk suatu tatanan masyarakat yang solid, karena manusia disamping sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari manusia yang lain. Dalam hal ini setiap manusia mempunyai rasa kasih sayang dan persaudaraan yang sangat mengikat yang tidak bisa dipisahkan oleh suku, bangsa, ras.
Keadilan dalam Islam memiliki implikasi:
a. Keadilan sosial. Islam tidak membeda-bedakan manusia dari derajat, kaya, miskin, hitam atau putih, tetapi yang membedakan manusia dengan yang lainnya adalah ketulusan hati, ketakwaan, kemampuan dan pelayanan pada manusia.
b. Keadilan ekonomi. Konsep keadilan ekonomi bahwa Islam menjamin seluruh manusia untuk berusaha tanpa membeda-bedakan sesuai pangkat, golongan, atau kedudukan. Sehingga setiap individu mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing sesuai dengan usahanya.
3. Keadilan dan distribusi pendapatan
Kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin di dalam masyarakat menurut Islam sangat berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap keadilan ekonomi dan sosial. Kesenjangan harus diatasi dengan menggunakan cara yang islami. Diantaranya:
a. Menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah untuk kemakmuran rakyat.
b. Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik itu dalam hal distribusi, produksi, sirkulasi, dan konsumsi.
c. Menjamin pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia yang meliputi agama, harta, akal, jiwa, dan keturunan.
d. Melaksanakan amanah untuk membantu sesama manusia yang kurang mampu.
4. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial
Manusia diberikan kebebasan yang seluas-luasnya untuk berusaha memenuhi kebutuhannya, baik itu untuk diri sendiri, keluarga, atau yang lainnya. Dalam berusaha, manusia bebas melakukan usahanya asal tidak melanggar aturan Allah dan yang diharamkan, sehingga dengan menjadi kaya, seseorang bisa membantu manusia yang lain dengan kekayaan yang dimilikinya.
2. Keadilan dan persaudaraan menyeluruh
Islam bermaksud membentuk suatu tatanan masyarakat yang solid, karena manusia disamping sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari manusia yang lain. Dalam hal ini setiap manusia mempunyai rasa kasih sayang dan persaudaraan yang sangat mengikat yang tidak bisa dipisahkan oleh suku, bangsa, ras.
Keadilan dalam Islam memiliki implikasi:
a. Keadilan sosial. Islam tidak membeda-bedakan manusia dari derajat, kaya, miskin, hitam atau putih, tetapi yang membedakan manusia dengan yang lainnya adalah ketulusan hati, ketakwaan, kemampuan dan pelayanan pada manusia.
b. Keadilan ekonomi. Konsep keadilan ekonomi bahwa Islam menjamin seluruh manusia untuk berusaha tanpa membeda-bedakan sesuai pangkat, golongan, atau kedudukan. Sehingga setiap individu mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing sesuai dengan usahanya.
3. Keadilan dan distribusi pendapatan
Kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin di dalam masyarakat menurut Islam sangat berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap keadilan ekonomi dan sosial. Kesenjangan harus diatasi dengan menggunakan cara yang islami. Diantaranya:
a. Menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah untuk kemakmuran rakyat.
b. Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik itu dalam hal distribusi, produksi, sirkulasi, dan konsumsi.
c. Menjamin pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia yang meliputi agama, harta, akal, jiwa, dan keturunan.
d. Melaksanakan amanah untuk membantu sesama manusia yang kurang mampu.
4. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial
Manusia diberikan kebebasan yang seluas-luasnya untuk berusaha memenuhi kebutuhannya, baik itu untuk diri sendiri, keluarga, atau yang lainnya. Dalam berusaha, manusia bebas melakukan usahanya asal tidak melanggar aturan Allah dan yang diharamkan, sehingga dengan menjadi kaya, seseorang bisa membantu manusia yang lain dengan kekayaan yang dimilikinya.
Prinsip
prinsip ekonomi islam
11. Kerja
(resource utilization)
yaitu dimana setiap yg bekerja harus di bayar dengan setimpal, yaitu bayarlah upah seseorang sebelum air keringatnya kering.
yaitu dimana setiap yg bekerja harus di bayar dengan setimpal, yaitu bayarlah upah seseorang sebelum air keringatnya kering.
2. kompensasi (compensation)
yaitu dimana ada bagi hasil antara satu pihak dengan pihak kedua atau lebih. dengan kata lain barang penganti .
yaitu dimana ada bagi hasil antara satu pihak dengan pihak kedua atau lebih. dengan kata lain barang penganti .
3.efisiensi (efficiency)
yaitu keahlian atau skill,
4. profesionalisme .
profesional dalam bekerja
5. kecukupan (sufficiency)
yaitu jaminan taraf hidup
6. pemerataan kesempatan (equad opportunity)
7. kebebasan (freedom )
8. kerja sama (cooperation)
9. persaingan ( compettion )
yaitu untuk maju harus ada persaingan
10. keseimbangan ( equilibrium )
11. solidaritas (solidarity )
yaitu rasa tolong menolong ialah sikap yang begitu indah dalam islam,
12. informasi simentri (symetric information )
informasi yang tidak merata, ini yang tidak di anjurkan dalam ekonomi islam .
HOMO ISLAMICUS
individu individu yang berorientasi kepada falah atau kemenangan, yaitu EKONOMI ISLAM.
HOMO EKONOMICUS
Individu-ndividu yang berorientasi kepada materi, yaitu Bank Konvensional.
sekian .
TTD ADMIN
HOMO ISLAMICUS
individu individu yang berorientasi kepada falah atau kemenangan, yaitu EKONOMI ISLAM.
HOMO EKONOMICUS
Individu-ndividu yang berorientasi kepada materi, yaitu Bank Konvensional.
sekian .
TTD ADMIN
Comments
Post a Comment